FORMAT PENGKAJIAN
Tanggal masuk :
Ruang/Kelas :
Nomor Kamar :
A. IDENTITAS
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Agama :
5. Suku/Bangsa :
6. Pendidikan :
7. Pekerjaan :
8. Status Perkawinan :
B. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN
1. Keluhan Utama :
2. Penyakit Yang Diderita :
3. Riwayat kesehatan keluarga :
4. Susunan keluarga :
C. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
1. Nama :
2. Alamat :
3. Hub. Dengan Pasien :
D. KEBUTUHAN
1. Pemeliharaan
Kebutuhan Udara atau Oksigen
·
Gangguan pernafasan :
·
Alat bantu pernafasan :
·
Kondisi lingkungan :
·
Sirkulasi udara :
·
Letak tempat tinggal :
2. Pemeliharan
Kebutuhan Air
·
Sumber air yang digunakan :
·
Konsumsi air :
·
Kondisi air :
·
Skala mandi : x/hari
3. Pemeliharaan
Kebutuhan Makanan
·
Frekuensi makan :
·
Jenis
:
·
Porsi
:
·
Diet khusus :
·
Makanan yang disukai:
·
Pantangan :
·
Nafsu makan :
4. Perawatan
Proses Eliminasi Dan Ekskresi
·
BAB :
a. Frekuensi :
b. Konsistensi
:
c. Warna :
d. Masalah
yang dirasakan :
·
BAK :
a. Frekuensi :
b. Warna :
c. Masalah
yang dirasakan :
5. Pemeliharaan
Keseimbangan Aktifitas dan Istirahat
·
Aktivitas :
a.
Aktivitas sehari-hari :
b.
Rekreasi :
c.
Alat bantu :
d.
Mandi :
e.
Gosok gigi :
f.
Keramas :
g.
Potong kuku :
·
Istirahat :
a.
Waktu tidur :
b.
Jumlah :
c.
Insomnia :
6. Pemeliharaan
Keseimbangan Privasi dan Interaksi Sosial
·
Kegiatan lingkungan :
·
Interaksi social :
·
Keterlibatan kegiatan social :
7. Pencegahan
Resiko yang Mengancam Kehidupan dan Kesejahteraan
·
Kebersihan kamar mandi :
·
Konsumsi vitamin :
·
Imunisasi :
·
Olahraga :
·
Upaya keharmonisan keluarga :
8. Peningkatan
Kesehatan dan Pengembangan Potensi Dalam Hubungan Sosial
·
Konsultasi dokter :
·
Pelayanan kesehatan lingkungan rumah :
·
Komunikasi lingkungan :
E. PEMERIKSAAN FISIK
·
Tinggi
badan :
·
Kondisi
fisik :
·
Tabel
perkembangan fisik:
Kondisi sebelum sakit
|
Kondisi saat sakit
|
|
1.
Tekanan darah
2.
Suhu
3.
Denyut nadi
4.
Berat badan
|
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·
USG :
·
CT
SCAN :
·
RO :
G. TERAPI
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu konsep model keperawatan
yang menunjang pengembangan perawatan baik dalam pengembangan ilmu maupun dalam
prektek adalah modal self care yang dikembang kan oleh dorethea E.orem.
Teori self care ini dapat digunakan
dalam member asuhan keperawatan dan membantu hubungan antara perawat-klien
dengan lingkungannya yang berdampak pada status kesehatan serta kebutuhan akan
kesehatan.
Bentuk stimulusnya berasal dari
ketidak mampuan individu dalam melakukan perawatan diri,maka aplikasi teori
self care tersebut adalah bagaimana melakukan tahap-tahap asuhan keperawatan
yang didasarkan pada bentuk kerangka piker model konseptual orem.
Inilah yang menjadi alas an kelompok
kami membahas format pengkajian.
B. Tujuan penulisan
Apakah
yang akan kalian lakukan bila tiba - tiba ada cahaya matahari yang memantul
melalui kaca spion dan mengenai mata kalian? Tentu kalian akan memberikan
reaksi, ada yang memalingkan muka, ada yang menyempitkan kelopak mata, ada yang
berusaha menghalangi cahaya dengan telapak tangan. Reaksi yang kalian lakukan
tersebut merupakan suatu kegiatan yang dikendalikan oleh suatu pengendali atau
pengontrol di dalam tubuh, yang disebut sistem koordinasi. Kalian akan
dikenalkan dengan sistem koordinasi sehingga nantinya kalian akan dapat
mendeskripsikan sistem koordinasi, alat indra pada manusia dan hubungannya
dengan kesehatan. Tugas koordinasi tersebut dilakukan oleh hormon, saraf dan
indra. Dalam sistem koordinasi diperlukan tiga komponen agar fungsi koordinasi
tersebut dapat berlangsung yaitu reseptor, konduktor, dan efektor.
Dalam
sistem koordinasi diperlukan tiga komponen agar fungsi koordinasi dapat
berlangsung, yaitu reseptor, konduktor, dan efektor.
Reseptor
adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Bagian yang
berfungsi sebagai penerima rangsangan tersebut adalah indra.
Konduktor
adalah bagian tubuh yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan. Bagian
tersebut adalah sel - sel saraf (neuron) yang membentuk sistem saraf. Sel - sel
saraf ini ada yang berfungsi membawa rangsangan ke pusat saraf ada juga yang
membawa pesan dari pusat saraf.
Efektor
adalah bagian tubuh yang menanggapi rangsangan, yaitu otot dan kelenjar (baik
kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin). Keterkaitan ketiga komponen tersebut
dapat kita buat skema sederhana seperti berikut.
Nah,
dari skema di atas tampak jelas bahwa antara sistem saraf dan indra sangat erat
kaitannya dalam sistem koordinasi. Berikut ini akan kita bahas mengenai sistem
saraf dan indra tersebut.
Sebagai
sistem koordinasi, sistem saraf mempunyai fungsi:
- Pengendalian kerja alat - alat tubuh agar bekerja serasi.
- Alat komunikasi antara tubuh dengan lingkungan di luar tubuh, yang dilakukan oleh ujung saraf pada indra, dan lingkungan dalam tubuh.
- Pusat kesadaran, kemauan, dan pikiran. Untuk melaksanakan fungsi tersebut maka sistem saraf tersusun oleh berbagai organ, jaringan dan juga komponen terkecil yaitu sel.
Sistem
saraf tersusun oleh komponen - komponen terkecil yaitu sel - sel saraf atau
neuron. Neuron inilah yang berperan dalam menghantarkan impuls (rangsangan).
Sebuah sel saraf terdiri tiga bagian utama yaitu badan sel, dendrit dan neurit
(akson). Lihat Gambar 3.1
Badan
sel saraf mengandung inti sel dan sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat
mitokondria yang berfungsi sebagai penyedia energi untuk membawa
rangsangan.
Dendrit
adalah serabut - serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma. Pada umumnya
sebuah neuron mempunyai banyak dendrit dan ukuran dendrit pendek. Dendrit
berfungsi membawa rangsangan ke badan sel.
Neurit
atau akson adalah serabut - serabut yang merupakan penjuluran sitoplasma yang
panjang. Sebuah neuron memiliki satu akson. Neurit berfungsi untuk membawa
rangsangan dari badan sel ke sel saraf lain. Neurit di bungkus oleh selubung
lemak yang disebut myelin yang terdiri atas perluasan membran sel Schwann.
Selubung ini berfungsi untuk isolator dan pemberi makan sel saraf. Antara
neuron satu dengan neuron satu dengan neuron berikutnya tidak bersambungan
secara langsung tetapi membentuk celah yang sangat sempit. Celah antara ujung
neurit suatu neuron dengan dendrit neuron lain tersebut dinamakan sinapsis
(lihat Gambar 3.2). Pada bagian sinaps inilah suatu zat kimia yang disebut
neurotransmiter (misalnya asetilkolin) menyeberang untuk membawa impuls dari
ujung neurit suatu neuron ke dendrit neuron berikutnya.
Berdasarkan
bentuk dan fungsinya neuron dibedakan menjadi tiga macam yaitu:
Neuron
sensorik adalah neuron yang membawa impuls dari reseptor (indra) ke pusat
susunan saraf (otak dan sumsum tulang belakang).
Neuron
motorik adalah neuron yang membawa impuls dari pusat susunan saraf ke efektor
(otot dan kelenjar).
Neuron
konektor adalah neuron yang membawa impuls dari neuron sensorik ke neuron
motorik.
Pada
umumnya kita menggerakkan bagian badan karena kemauan kita atau atas perintah
otak. Menulis, membuka payung, mengambil makanan atau berjalan merupakan contoh
gerak yang kita sadari, sehingga gerak semacam ini disebut gerak sadar. Pada
gerak sadar ini, gerakan tubuh dikoordinasi oleh otak. Rangsangan yang diterima
oleh reseptor (indra) disampaikan ke otak melalui neuron sensorik.
Di otak
rangsangan tadi diartikan dan diputuskan apa yang akan dilakukan. Kemudian otak
mengirimkan perintah ke efektor melalui neuron motorik. Otot (efektor) bergerak
melaksanakan perintah otak. Secara ringkas lintasan/jalan gerak sadar tersebut
dapat kita buat skema sebagai berikut.
Kadang-kadang
bagian tubuh kita juga melakukan suatu gerakan yang terjadinya secara tiba -
tiba tanpa disadari. Misalnya saat lutut kita di ketuk / di pukul pada bagian
tendon (lihat Gambar 3.4). Akibatnya secara tidak sadar, kaki kita akan
menyentak. Gerakan yang dilakukan oleh kaki tersebut terjadi secara tiba - tiba
dan tidak diperintah oleh otak. Gerak semacam ini disebut gerak refleks. Secara
ringkas lintasan gerak refleks dapat kita buat skema sebagai berikut.
Tapi
kalian harus tahu bahwa jalannya impuls gerak refleks ada dua macam yaitu
lintasan refleks spinalis dan lintasan refleks cranialis. Lintasan refleks
spinalis yaitu lintasan gerak refleks yang melalui sumsum tulang belakang.
Contohnya gerakan mengangkat kaki secara tiba-tiba saat lutut kita dipukul.
Sedangkan lintasan cranialis yaitu bila lintasan gerak refleks melalui otak,
tetapi otak memberikan tanggapan secara langsung tanpa kesadaran manusia.
Contoh gerak refleks yang melalui lintasan cranialis adalah gerak mengecilnya
pupil mata apabila mata menerima cahaya yang terang. Untuk mengetahui gerak
refleks lakukan kegiatan berikut.
Jutaan
sel - sel saraf bergabung membentuk suatu sistem yang dinamakan sistem saraf.
Sistem saraf manusia terdiri dari susunan saraf pusat dan susunan saraf tepi.
Susunan saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang sedangkan
susunan saraf tepi tersusun atas serabut - serabut saraf yang menuju ke susunan
saraf pusat dan dari susunan saraf pusat ke seluruh tubuh. Perhatikan skema
sistem saraf manusia berikut.
Otak
terletak di rongga tengkorak dan dibungkus oleh tiga lapis selaput kuat yang
disebut meninges. Selaput paling luar disebut duramater, paling dalam adalah
piamater dan yang tengah disebut arachnoid. Di antara ketiga selaput tersebut
terdapat cairan serebrospinal yang berfungsi untuk mengurangi benturan atau
goncangan. Peradangan yang terjadi pada selaput ini dinamakan meningitis.
Penyebabnya bisa karena infeksi virus. Otak manusia terbagi menjadi tiga bagian
yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum) dan batang otak.
Otak
besar manusia terletak di dalam tulang tengkorak. Otak besar memiliki permukaan
yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua belahan. Belahan otak kiri melayani
tubuh sebelah kanan dan belahan otak kanan melayani tubuh sebelah kiri. Otak
besar terdiri atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna kelabu disebut korteks,
berisi badan - badan sel saraf. Lapisan dalam berwarna putih berisi serabut -
serabut saraf.
Otak
besar berfungsi sebagai pusat kegiatankegiatan yang disadari seperti berpikir,
mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.
Otak
kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak kecil seperti
otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri serta terbagi menjadi dua
lapis. Lapisan luar berwarna kelabu dan bagian dalam berwarna putih. Belahan
kanan dan kiri otak kecil dihubungkan oleh jembatan Varol. Otak kecil berfungsi
untuk mengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasi kerja otot - otot ketika
kita bergerak.
Sumsum
lanjutan membentuk bagian bawah batang otak serta menghubungkan pons Varoli
dengan sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai:
- pusat pengendali pernapasan,
- menyempitkan pembuluh darah,
- mengatur denyut jantung,
- mengatur suhu tubuh.
Sumsum
tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang, mulai dari
ruas - ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang
belakang juga di bungkus oleh selaput meninges.
Bila
diamati secara melintang, sumsum tulang belakang bagian luar tampak berwarna
putih (substansi alba) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu - kupu,
berwarna kelabu (substansi grissea). Pada bagian yang berwarna putih banyak
mengandung akson (neurit) yang diselimuti myelin. Bagian ini untuk
menghantarkan impuls menuju otak dan dari otak menuju efektor. Bagian yang
berwarna kelabu mengandung serabut saraf yang tidak ada myelinnya. Bagian ini
dibedakan dua yaitu akar dorsal atau akar posterior dan akar ventral atau akar
anterior. Akar dorsal mengandung neuron sensorik dan akar ventral mengandung
neuron motorik.
Sumsum
tulang belakang berfungsi untuk:
- menghantarkan impuls dari dan ke otak,
- memberi kemungkinan jalan terpendek gerak refleks.
Susunan
saraf tepi tersusun atas serabut - serabut saraf dari dan ke pusat susunan
saraf. Susunan saraf tepi berupa 12 pasang serabut saraf dari otak dan 31
pasang serabut saraf dari sumsum tulang belakang.
Saraf
otak terdapat pada bagian kepala yang keluar dari otak dan melewati lubang yang
terdapat pada tulang tengkorak. Urat saraf ini berjumlah 12 pasang, berhubungan
erat dengan otot mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Kedua belas pasang
urat saraf otak tersebut secara ringkas tercantum dalam Tabel 3.1
berikut.
Dari
kedua belas saraf otak tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu:
- saraf sensorik : saraf nomor I, II, VIII
- saraf motorik : saraf nomor III, IV, VI, XI, XII
- saraf gabungan sensorik dan motorik : saraf nomor V, VII, IX, dan X
Ada
saraf yang memiliki jangkauan fungsi sangat luas yaitu saraf nomor X (saraf
vagus). Sehingga disebut saraf pengembara. Sifat kerja saraf vagus seperti
saraf parasimpatik.
Saraf
sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang yang keluar dari:
- Ruas - ruas tulang leher : 8 pasang
- Ruas - ruas tulang punggung : 12 pasang
- Ruas - ruas tulang pinggang : 5 pasang
- Ruas - ruas tulang kelangkang : 5 pasang
- Ruas - ruas tulang ekor : 1 pasang
Semua
saraf sumsum tulang belakang bersifat campuran artinya saraf ini untuk
meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat juga meneruskan impuls
dari sistem saraf pusat ke semua otot rangka tubuh. Semua neuron sensorik masuk
ke sumsum tulang belakang melalui akar dorsal dan neuron motorik keluar dari
sumsum tulang belakang melalui akar ventral.
Sistem
saraf autonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya tidak
dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan
kegiatan organ - organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan
alat - alat reproduksi. Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam
yaitu:
- Sistem saraf simpatik
- Sistem saraf parasimpatik
Sistem
saraf simpatik terdiri atas 25 pasang ganglion yang berasal dari:
- Ruas tulang belakang : 3 pasang
- Ruas tulang punggung : 11 pasang
- Ruas tulang pinggang : 4 pasang
- Ruas tulang kelangkang : 4 pasang
- Ruas tulang ekor : 3 pasang
Dari
ganglion - ganglion tersebut keluar serabut saraf yang mengendalikan kerja
organ seperti jantung, pembuluh darah, kelenjar keringat dan semua alat dalam.
Serabut saraf dari sistem saraf parasimpatik juga menuju organ - organ yang
dikendalikan oleh saraf simpatik. Sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik bekerja secara antagonis (berlawanan) dalam mengendalikan kerja
suatu organ. Organ atau kelenjar yang dikendalikan oleh sistem saraf simpatik
dan sistem saraf parasimpatik disebut sistem pengendalian ganda. Apabila suatu
organ menjadi aktif karena rangsangan saraf simpatik, maka di lain pihak akan
dilambatkan atau dihentikan oleh saraf parasimpatik.
Perhatikan
perbandingan pengaruh kerja saraf simpatik dan saraf parasimpatik pada Gambar
3.9.
Di
bagian awal pokok bahasan ini sudah di singgung bahwa indra berperan sebagai
reseptor, yaitu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penerima rangsangan. Ada
lima macam indra yang berfungsi sebagai penerima rangsangan yaitu:
- Mata, sebagai penerima rangsang cahaya (fotoreseptor).
- Telinga, sebagai penerima rangsang getaran bunyi (fonoreseptor) dan tempat beradanya indra keseimbangan (statoreseptor).
- Hidung, sebagai penerima rangsang bau berupa gas (kemoreseptor).
- Lidah, sebagai penerima rangsang zat yang terlarut (kemoreseptor).
- Kulit, sebagai penerima rangsang sentuhan (tangoreseptor) dan suhu (temperatur).
Tiap
indra akan berfungsi dengan sempurna apabila:
- Indra tersebut secara anatomi tidak ada kelainan.
- Bagian untuk penerima rangsang bekerja dengan baik.
- Saraf - saraf yang membawa rangsang dari dan ke otak bekerja baik.
- Pusat pengolahan rangsang di otak bekerja baik.
Bila
salah satu dari bagian tersebut rusak atau terganggu, maka hubungan dengan
dunia luar akan terganggu juga.
Mata
berfungsi untuk menerima rangsang berupa cahaya, karena di dalamnya terdapat
reseptor penerima cahaya yang disebut fotoreseptor. Mata terletak di dalam
rongga mata yang dilindungi oleh tulang - tulang tengkorak. Selain itu mata
juga dilindungi oleh:
- Kelopak mata, berupa kulit tipis yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu atau sentuhan benda.
- Bulu mata, untuk melindungi mata dari cahaya yang terlalu menyilaukan.
- Alis, untuk melindungi mata dari aliran keringat dan air hujan.
- Air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata, untuk menjaga kelembapan mata dan membersihkan mata dari debu dan bakteri.
Mata
manusia berbentuk agak bulat dengan garis tengah kurang lebih 2,5 sentimeter.
Mata tersebut terdiri atas tiga lapisan jaringan yaitu:
Merupakan
lapisan paling luar, sangat kuat. Lapisan ini berwarna putih sehingga sering
disebut lapisan putih mata. Di bagian depan lapisan ini membentuk kornea yang
bening, untuk menerima cahaya masuk ke dalam mata. Kornea ini selalu basah oleh
air mata yang dihasilkan oleh kelenjar air mata.
Merupakan
lapisan di bawah sklera dan lapisan tengah bola mata. Bagian ini banyak
mengandung melanin dan pembuluh darah. Berfungsi untuk menghentikan refleksi
cahaya yang menyimpang di dalam mata. Di bagian depan mata, koroid membentuk
iris. Iris ini mengandung pigmen hitam, biru, hijau atau coklat, sehingga dapat
sebagai penentu warna mata. Di bagian tengah iris terdapat pupil yang merupakan
celah (bukaan), untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk mata. Di belakang
iris terdapat lensa mata berbentuk cembung di kedua sisi yang diikat oleh
ligamen suspensori. Mencembung atau memipihnya lensa menyebabkan mata
berakomodasi. Lihat Gambar 3.10 yang memperlihatkan perubahan lensa mata.
Retina
adalah lapisan mata paling dalam. Pada lapisan ini terdapat bagian yang paling
peka terhadap cahaya yaitu bintik kuning (fovea). Selain itu pada retina juga
terdapat bintik buta, yaitu tempat keluarnya saraf mata. Pada retina tersusun
kurang lebih 125 juta sel - sel batang (sel basilus) yang mampu menerima
rangsang cahaya tidak berwarna dan untuk melihat pada keadaan cahaya redup.
Selain sel batang, pada retina juga terdapat kurang lebih 7 juta sel kerucut
(sel konus) yang berfungsi menerima rangsang cahaya kuat dan berwarna. Sel
kerucut lebih banyak terdapat pada bagian bintik kuning (fovea centralis). Jadi
bila ingin melihat suatu benda dengan jelas, maka bayangan harus jatuh di
bagian ini.
Di
retina juga dijumpai daerah yang sama sekali tidak mengandung sel batang
ataupun sel kerucut. Bagian ini disebut bintik buta. Bila cahaya jatuh di
daerah ini, kita tidak bisa melihat apa - apa.
Suatu
benda dapat di lihat oleh mata, bila benda tersebut memantulkan cahaya. Cahaya
yang dipantulkan oleh benda masuk ke mata melalui kornea dan diteruskan ke
lensa melalui pupil. Oleh lensa, cahaya tersebut dibiaskan dan difokuskan di
retina sehingga membentuk bayangan kecil dan terbalik pada retina. Tetapi oleh
otak bayangan tersebut diartikan seperti gambar yang kita lihat.
Bayangan
benda yang jatuh pada bintik buta tidak akan terlihat.
Telinga
merupakan tempat beradanya indra pendengaran dan keseimbangan. Telinga manusia
terdiri atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga
luar terdiri atas:
- Daun telinga, berfungsi untuk menampung atau mengumpulkan gelombang bunyi.
- Liang telinga (saluran auditori), berfungsi untuk menyalurkan gelombang bunyi ke selaput gendang telinga. Liang telinga panjangnya kurang lebih 2,5 sentimeter. Di sepanjang dinding liang telinga terdapat rambut halus, kelenjar minyak dan kelenjar keringat, yang berfungsi menghalangi debu dan air yang masuk.
- Selaput gendang telinga (membran tymphani), yang membatasi telinga luar dan telinga tengah. Berfungsi untuk menangkap getaran.
Telinga
bagian tengah terdiri atas:
- Tulang - tulang pendengaran (osikel), yaitu berupa tiga tulang kecil yang bersambung dari selaput gendang telinga menuju telinga dalam. Ketiga tulang tersebut adalah tulang martil (malleus), yang letaknya paling luar berhubungan dengan selaput gendang telinga. Berikutnya adalah tulang landasan (inkus) yang menghubungkan martil dan sanggurdi. Tulang paling dalam adalah tulang sanggurdi (stapes), yang melekat dengan saluran rumah siput pada tingkap jorong.
- Saluran Eustachius, yaitu saluran sempit yang menghubungkan telinga tengah dengan bagian belakang tenggorokan. Saluran ini terbuka saat kita mengunyah, menguap, bersin atau membuka mulut. Fungsi saluran ini adalah untuk memasukkan udara ke rongga telinga tengah sehingga tekanan udara di kedua gendang telinga sama dengan udara di luar tubuh.
Telinga
bagian dalam terdiri atas:
- Tingkap jorong dan tingkap bulat, merupakan membran yang terdapat pada pangkal saluran rumah siput (kokhlea). Tingkap jorong merupakan membran berbentuk oval yang berhubungan dengan tulang sanggurdi. Sedangkan tingkap bundar merupakan membran berbentuk bundar/ bulat. Tingkap berfungsi untuk menyalurkan getaran ke telinga dalam dan tingkap bulat sebagai penyeimbang getaran.
- Saluran rumah siput (kokhlea), yaitu saluran berbentuk spiral menyerupai rumah siput. Di dalam kokhlea ( di bagian tengah) terdapat organ corti, yang berisi ribuan "sel rambut" yang peka terhadap getaran. Impuls yang timbul di dalam sel rambut tersebut diteruskan oleh saraf auditori ke otak (lihat Gambar 3.13).
- Tiga saluran setengah lingkaran (kanalis semi sirkularis), yaitu tiga buah saluran setengah lingkaran yang satu dengan yang lain membentuk sudut 90°. Pada ujung setiap saluran terdapat penebalan (menggelembung) yang disebut ampulla dan bergabung dengan utrikulus dan sakulus.
Bagaimanakah
kita dapat mendengar suatu bunyi? Kita dapat mendengar suatu bunyi pada
dasarnya dengan urutan sebagai berikut (lihat Gambar 3.15).
- Gelombang bunyi diterima daun telinga.
- Gelombang bunyi disalurkan masuk oleh liang telinga.
- Gelombang bunyi menggetarkan gendang telinga.
- Getaran tersebut diteruskan oleh tulang-tulang. pendengaran (osikel).
- Getaran diteruskan ke tingkat jorong dan menggetarkan cairan limfe di dalam kokhlea.
- Getaran cairan limfe di dalam kokhlea menggerakkan sel reseptor organ korti, yang menghasilkan impuls untuk dihantarkan oleh saraf pendengar ke otak untuk diartikan.
- Getaran cairan limfe juga menggerakkan tingkap bulat bergerak keluar masuk untuk mengatur tekanan udara di dalam agar seimbang dengan tekanan di luar.
Bunyi
yang didengar manusia adalan bila bunyi tersebut mempunyai frekuensi 20 - 20
000 getaran/detik (Hz).
Selain
sebagai indra pendengaran, telinga juga sebagai indra keseimbangan. Fungsi
keseimbangan ini terdapat pada telinga dalam yang dilaksanakan oleh tiga
saluran setengah lingkaran utrikulus dan sakulus. Dengan adanya tiga organ
tersebut maka telinga bagian dalam dapat mendeteksi:
- Posisi tubuh yang berhubungan dengan gravitasi (keseimbangan statis) yang dilakukan oleh utrikulus dan sakulus.
- Gerakan tubuh (keseimbangan dinamis) yang dilakukan oleh tiga saluran setengah lingkaran.
Pada
ujung setiap saluran setengah lingkaran terdapat struktur yang disebut ampulla.
Di dalamnya terdapat reseptor menyerupai rambut yang berhubungan dengan serabut
saraf otak. Sel - sel yang menyerupai rambut tersebut menghadap ke bagian yang
berbentuk jeli (lihat Gambar 3.15). Dengan adanya gerakan tubuh (kepala), maka
cairan yang ada di dalam saluran setengah lingkaran bergerak dan merangsang sel
reseptor seperti rambut tersebut. Oleh sel reseptor gerakan tersebut diubah
menjadi impuls dan diteruskan ke otak dan otak memerintah otot menjaga
keseimbangan tubuh. Sedangkan di utrikulus dan sakulus terdapat batu kecil yang
disebut otolith. Batu tersebut merangsang dengan cara menekan sel reseptor
serta bereaksi terhadap gravitasi. Otak akan dapat menentukan posisi kepala
dari gerakannya.
Hidung
manusia merupakan organ tempat beradanya reseptor pembau (khemoreseptor). Maka
dengan organ ini kita dapat mengetahui berbagai macam bau. Bahkan hanya dengan
mambau saja kita dapat mengetahui nama benda tanpa harus melihatnya. Sel - sel
reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsangan zat kimia berupa uap terletak
di rongga hidung bagian atas (lihat Gambar 3.16). Daerah ini memiliki ukuran
sekitar 250 mm2. Sel - sel reseptor ini mempunyai rambut - rambut halus
(silia) di ujungnya dan diliputi selaput lendir yang berfungsi sebagai
pelembap. Dari sel - sel reseptor ini rangsang dibawa oleh serabut saraf menuju
pusat pembau di otak.
Kita
dapat membau suatu zat karena zat yang berupa uap tersebut masuk ke rongga
hidung sewaktu kita menarik napas. Zat tersebut akan dilarutkan pada selaput
lendir dan merangsang sel - sel reseptor, kemudian dibawa oleh saraf pembau ke
otak sehingga kita dapat mengetahui bau tersebut.
Lidah
merupakan tempat beradanya indra pengecap (khemoreseptor). Zat yang dapat
dikecap adalah zat - zat kimia berupa larutan. Pada saat kita mengecap makanan,
rasa yang timbul sebenarnya adalah perpaduan antara rasa dan bau. Oleh karena
itu indra pengecap erat kaitannya dengan indra pembau. Lidah terbentuk oleh
jaringan otot yang ditutupi oleh selaput lendir yang selalu basah dan berwarna
merah jambu. Di dalam mulut, permukaan lidah terasa halus dan licin. Coba
kalian perhatikan lidah kalian di cermin, maka akan tampak tonjolan - tonjolan
kecil di permukaan lidah. Tonjolan kecil itu disebut papila. Ada tiga jenis
papila yang ada di permukaan lidah yaitu:
- Papila sirkumvalata, yang berbentuk cincin. Papila ini terdapat di pangkal lidah, berjajar membentuk huruf V.
- Papila fungiformis, yang berbentuk seperti jamur. Papila ini menyebar di permukaan ujung dan sisi lidah.
- Papila filiformis, yang berbentuk seperti rambut. Papila ini merupakan papila terbanyak. Papila inilebih banyak berfungsi sebagai perasa sentuhan daripada pengecap.
Pada
papila - papila inilah terdapat kuncup pengecap yang merupakan kumpulan
ujung-ujung saraf pengecap dan oleh serabut - serabut saraf dihubungkan dengan
otak. Suatu zat dapat dirasakan oleh lidah bila zat tersebut berupa larutan.
Larutan tersebut kemudian memenuhi parit - parit di sekitar papila - papila.
Karena pada papila tersebut terdapat kuncup - kuncup pengecap, maka zat yang
mengisi parit tersebut merangsang kuncup pengecap. Rangsangan ini diteruskan
oleh serabut saraf menuju ke otak untuk diartikan. Kuncup - kuncup pengecap
dapat membedakan empat rasa pokok yaitu asam, pahit, manis dan asin. Namun
terkadang kita juga dapat merasakan lebih dari empat rasa tersebut. Hal ini
terjadi karena melibatkan faktor - faktor lain yaitu:
- Kombinasi keempat rasa utama tersebut menghasilkan rasa baru.
- Peranan reseptor - reseptor pencium, suhu dan sentuhan.
Keempat
rasa tersebut di atas, dirasakan oleh kuncup - kuncup pengecap yang berbeda dan
kuncupkuncup tersebut berkumpul pada bagian tertentu di permukaan lidah (lihat Gambar
3.17). Namun tiap orang mempunyai variasi keluasan daerah penyebaran rasa
tersebut.
Selain
sebagai alat ekskresi, kulit juga berfungsi sebagai indra perasa dan peraba.
Reseptor - reseptor yang terdapat pada kulit adalah:
- Korpus meissner, yang terletak di dekat permukaan kulit. Berfungsi untuk menerima rangsang sentuhan/ rabaan. Reseptor ini tersebar tidak merata di permukaan kulit. Ujung jari memiliki paling banyak reseptor peraba.
- Korpus pacini, yang berfungsi menerima rangsang tekanan. Letaknya di bawah lapisan dermis.
- Korpus ruffini, berfungsi untuk menerima rangsang panas. Letaknya di lapisan dermis.
- Korpus krause, befungsi untuk menerima rangsang dingin. Letaknya di lapisan dermis.
- Ujung saraf tanpa selaput, yang peka terhadap rasa sakit/ nyeri. Letaknya di lapisan epidermis. Saraf ini sangat penting untuk keselamatan tubuh. Jika terjadi sesuatu yang tidak menguntungkan, saraf ini cepat bereaksi, antara lain dengan adanya gerak refleks.
Beberapa
kelainan atau penyakit pada alat indra yang biasa kita jumpai dalam kehidupan
sehari - hari antara lain:
Yaitu
kelainan pada mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh di depan
retina. Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu cembung atau garis
tengah mata panjang. Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa
negatif.
Yaitu
kelainan mata dimana bayangan yang dibentuk oleh lensa jatuh di belakang
retina. Kelainan ini terjadi karena lensa mata terlalu pipih atau garis tengah
mata pendek. Kelainan ini dapat ditolong dengan menggunakan lensa positif.
Yaitu
kelainan pada mata karena tidak elastisnya lensa mata untuk berakomodasi.
Penderita kelainan ini biasanya menggunakan lensa ganda yaitu lensa positif dan
lensa negatif.
Kelainan
pada mata karena defisiensi vitamin A. Akibatnya penderita kesulitan melihat
benda saat terjadi perubahan dari terang ke gelap atau saat senja.
Yaitu
mengeruhnya lensa mata, yang dapat disebabkan oleh kekurangan vitamin B atau
juga faktor usia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar